[REFUSED] ~ lebenswelth

Bienvenido

[REFUSED]

Senin, 08 September 2008


“Rather be forgotten than remembered for giving in”

Jangan biarkan kami mati terlalu dini, sebelum kami sempat menentang matahari..! jangan biarkan keletihan dan kesabaran membunuh eksistensi kami, sebelum kami sempat mengajarkan pada mereka bagaimana caranya menari, bagaimana seharusnya hari-hari berbagi api, dan bagaimana mengikrarkan janji; kami tidak akan pernah mati…!

Kampus [UIN] hari ini ternyata lebih banyak menggunakan dari cangcut berhala latta. Atas nama pendidikan, orang-orang didalamnya berbicara tentang etika, sopan santun, skill, kepemimpinan, pembelajaran, keahlian, dari baham patriotic yang tak ubahnya anjing penjaga neraka. Sebab; pada kenyataannya, ia tak lebih dari praktek manipulasi demi kepentingan beteung. Segala tingkah laku difatwa halal, tak menghiraukan jika daging saudaranya ditebas dan melepas jasad seperti pembantaian di Karbala. Segala hal dilabrak. Pendidikan, kemanusiaan, profesionalisme adalah wacana basi yang mesti dikurut, dikarungan, dibuang jauh-jauh dari peradaban, agar bangku jabatan bisa digenggam dan langgeng apapun caranya pasti akan ditempuh mesti harus munjung pada sang empunya jabatan.

Kampus [UIN] hari ini ternyata lebih banyak dihuni oleh sekumpulan dosen-dosen yang dungu. Sebab, jauh-jauh institusi kampus kembali hanya untuk menghianati ranahnya sendiri. Ikrar kemajuan keilmuan berganti menjadi ambisi politik penghianatan. Lebok tah Kusia Anjing..!!. mengajar hanya menjual bacot murahan bin usang menghabiskan jam kewajiban, yang percis sama seperti 5 tahun yang lalu. Dan kembali berdiskusi dengan rekan sejawat bagaimana mengibarkan tirani. Modar sia anjing…!!

Kampus [UIN] hari ini ternyata lebih banyak memproduksi kotoran berlebel Profesor, Doktor, Master dan Haji, sebab system pendidikan yang dibudayakan hanya berhasil mengajarkan mereka bagaimana menggelapkan laporan keuangan, bagaimana berbagi keuntungan, bagaimana menjual nilai, bagaimana melacurkan keilmuan, dan bagaimana menyembah jabatan. Berkoar waktu sidang dan tertawa setelahnya, lalu bersembunyi dibalik pembenaran tafsir pribadi atas ayat-ayat suci.

Kampus [UIN] hari ini ternyata lebih mirip dari barisan nisan yang dijaga oleh vampir penghisap nurani, siapapun yang ada didalamnya, tidak ada lagi yang sanggup menyematkan nama “oposisi”. Ada banyak orang yang bertitel tapi tidak mengerti apa itu profesionalisme, pimpinan, delegasi, dan amanah ditunjuk dan diberikan lewat negosiasi berbagi daging babi. Mahasiswa terus dibodohi dengan memberikan mereka seonggok fatwa dan kewajiban SPP yang terus dikorupsi, sementara masa depan mereka semakin absurd. Dan ijazah-nya tak laku dijual karena diperoleh lewat system yang amburadul.

Kampus [UIN] hari ini ternyata sudah menipiskan batas antara kuliah dan pembelajaran Gomoroh. Antara fatwa suci dan amuk birahi. Kanan dan kiri, kebebasan dan tirani, palsu dan hakiki, kebenaran dan kebohongan.
System boleh saja menindas kami, suara ini mungkin terdengar parau dan sunyi, tapi ikrar ini kan terus terpatri “lebih baik mati terlupakan, daripada diingat karena menyerah”

Pembunuh ke[ramai]an
[inspired by homicide ‘nd Refused]